Kamis, 26 Desember 2013

Damai milik kita bersama

Damai milik kita bersama

Dalam dunia ini, hitam dan putih selalu akan ada menyertai sendi-sendi kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bahkan beragama. Seperti dalam kutipan sebuah lagu yang menjadi sountrack series fenomenal 'wirosableng'

Dalam diri manusia terdapat dua
Unsur ingat duniawi dan Tuhan
Segala yang ada di dalam dunia ini
Terdiri atas pembagian
Yang berlainan
Namun merupakan pasangan
Keduanya tak dapat terpisahkan

Ibarat yin dan yang selalu berpasangan dalam segala hal. Unsur mereka hitam dan putih tetapi mereka saling melengkapi dalam lingkaran filosofis yang sangat bermakna.

Dalam beragama, karena saya seorang muslim, saya ingin menyampaikan bahwa dalam agama saya islam, tidak hanya diajarkan bersyahadat, Solat, Zakat, Puasa dan mengunjungi Baitullah. Namun lebih dari itu, berdasarkan asal katanya saja makna islam yaitu kedamaian.  Islam itu bukan pedang tajam tapi pelukan erat. Islam itu fleksibel dan mengikuti perkembangan zaman. Islam itu sosial.

Rasanya suatu yang naif bila dalam kehidupan kita yang moderen dan heterogen, kalian masih berkutat dalam perbedaan paham masalah ritual keagamaan. Sederhana sebenarnya, 'taqlid buta' (mengikuti tanpa tahu dasar dan hukumnya) itu penyakit yang menyebabkan kita umat beragama sering konflik. Orang yang tidak beragama akan tersenyum, tertawa dan mengolok-olokan karena mereka fikir kita itu hanya memperdebatkan masalah yang bias. Masalah Tuhan yang menurut mereka Abstrak/fiksi/tidak nyata dan disejajarkan dengan dongeng pengantar anak-anak mereka menjelang tidur. 

Taqlid disini adalah patuh pada orang-orang tertentu atau Taqlid ialah mengikuti pendapat seseorang tanpa mengetahui hujah dan yang menunjukkan kebenaran pendapat tersebut. Mungkin mereka mengambil dari Ayat Al-Qur’an,  Allah SWT berfirman yang artinya:
“Apakah seandainya telah kami datangkan kepada mereka sebuah kitab (hujjah) sebelum munculnya kesyirikan yang mereka lakukan, kemudian mereka mau berpegang dengannya? Ternyata justru mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendapati nenek moyang kami diatas sebuah prinsip (aqidah yang mereka yakini), maka kami adalah orang-orang yang mendapat petunjuk dengan mengikuti jejak pendahulu kami. ” (Az Zukhruf : 21)

Kawan, ayo fokuskan fikiran kita. Kita dibekali akal oleh Allah SWT agar digunakan untuk berfikir bukan digunakan untuk mengikuti arah yang tidak jelas. Banyak Ayat dalam Al-Qur'an yang ditujukan kepada kaum yang berfikir. Adapun Implikasi dari berfikir yaitu perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat dikembalikan lagi kepada diri masing-masing karena ini berbicara masalah pemahaman dan pengetahuan yang berbeda. Saya tegaskan sekali lagi yang jelas-jelas salah adalah orang yang taqlid buta alias ikut-ikutan ritual padahal tidak tahu esensi ibadahnya itu. 

Setiap orang yang engkau ikuti ucapannya tanpa ada dalil yang mengharuskanmu untuk menerimanya berarti engkau telah taqlid kepadanya. Dan taklid di dalam agama Allah Azza wa Jalla tidak dibenarkan. Setiap orang yang mengharuskanmu untuk mengikuti ucapannya berdasarkan dalil, berarti engkau ber-ittiba’ kepadanya. Ittiba’ di dalam agama diperbolehkan, sedangkan taklid terlarang.” (Jami’ Bayanil ‘Ilmi, 2/173)

Dalam islam, diajarkan betapa pentingnya mencari ilmu melalui proses pembelajaran. Perumpamaan ilmu dalam islam itu indah kawan, ilmu sebagai cahaya. Cahaya yang bisa membedakan kanan dan kiri, benar dan salah. Alhasil, orang yang paham dengan prinsip ilmu dalam islam mereka akan menjadi seorang ilmuan hebat yang berjasa merancangn peradaban dunia. Saya kenalkan, Al-khawarizmi dengan prinsip algoritmanya, Ibnu Sienna sebagai bapak kedokteran modern dan masih banyak yang lainnya. Itu merupakan sebagian contoh kecil bagi mereka yang memahami konteks ajaran islam secara mendalam. Sungguh Indonesia dan dunia sekarang sedang merindukan lahirnya ilmuan muslim seperti belasan abad lalu.

Oke, saya berikan sedikit tutorial ideal untuk melatih agar kita menentukan sikap berdasarkan landasan hukum atau dalil yang kuat.

1. Baca penjelasan dari link berikut sampai paham

Betulkah Hamka Larang Muslim Ucapkan Selamat Natal? | Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Hukum Mengucapkan Selamat Natal - Eramuslim

2. Kalau ada istilah atau penjelasan yang kurang paham tanyakan kepada guru yang kredibel

3. Resapi dan Renungkan  Pemahaman tersebut

4. Bismillahirahmanirahim, tentukan dan konsisten dengan kesimpulan yang anda pilih.

Sekian, artikel ini bukan bermaksud memprovokasi atau merendahkan suatu pihak tetapi agar persatuan dan kesatuan kita tetap terjaga dalam bingkai harmoni yang indah.

Add to Cart

Related Product :

0 komentar:

Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. SUDUT PARAREL - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger